islam religion

Monday, April 16, 2007

Madu, Mangkuk, dan Sehelai Rambut
Filed In: Bacaan, Islam Action: Drop Comments Trackback URI Comments Feed

Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan ‘Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Fathimah r.ha. putri Rasulullah SAW menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan, sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu.
Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).Abubakar r.a. berkata,
iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut.
Umar r.a. berkata,
kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.
Utsman r.a. berkata,
ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber’amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.
‘Ali r.a. berkata,
tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.
Fatimah r.ha. berkata,
seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut.
Rasulullah SAW berkata,
seorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.
Malaikat Jibril AS berkata,
menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.
Allah SWT berfirman,
surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut.
Begitulah kalimat-kalimat indah yang diucapkan, sebagai pelajaran bagi umat.
Dikutip dari arsip UNIC Virtual Komuniti dan situs web Percikan Iman, dengan perubahan seperlunya tanpa mengubah makna.

4 Golongan Lelaki yang Ditarik Wanita ke Neraka
Filed In: Bacaan, Islam Action: Drop Comments Trackback URI Comments Feed


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan ahli (keluarga) mu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;…— Q.S. At-Tahrim (66 : 5)
Betapa hebatnya daya pikat dan tarikan wanita, bukan saja di dunia. Namun di akhirat pun demikian, maka kaum lelaki yang bergelar ayah, suami, abang, atau anak harus memainkan peranan mereka dengan sungguh-sungguh. Seorang wanita itu apabila di yaumil alkhirat nanti akan menarik empat golongan lelaki bersamanya ke dalam neraka. Tulisan ini bukan untuk merendahkan wanita, tetapi sebaliknya supaya kaum lelaki memainkan peranannya sesuai hak dan seksama, serta berwaspada akan tanggung jawab yang dipikul di dunia!
Ayahnya
Apabila seseorang yg bergelar ayah tidak memperdulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar sholat, mengaji, dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup hanya memberi kemewahan dunia saja maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.
Suaminya
Apabila sang suami tidak memperdulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas di luar rumah,menghias diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan muhrim. Apabila suami berdiam diri walaupun dia seorang alim, misalkan sholat tidak lalai, puasa tidak tinggal, maka dia akan turut ditarik oleh isterinya kelak.
Abangnya
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggung jawab menjaga wanita jatuh ke pundak abang-abangnya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja, sementara adik perempuannya dibiarkan melenceng dari ajaran Islam, tunggulah tarikan sang adik wanita di akhirat nanti.
Anak lelakinya
Apabila seorang anak tidak menasihati ibu perihal tindak-tanduk yang menyimpang dari Islam. Bila ibu membuat kemungkaran pengumpat, bergunjing, dan lain sebagainya maka anak lelaki itu akan ikut di tanya serta diminta pertangungjawabannya di akhirat kelak.
Dikutip dari arsip UNIC Virtual Komuniti dan situs web KotaSantri dengan perubahan seperlunya tanpa mengubah makna.

Saturday, April 14, 2007

Abu Dujana

Abu Du(r)jana
Oleh M. Guntur Romli
03/04/2007

Abu Dujana adalah nama samaran. Nama aslinya Ainul Bahri. Ia dibesarkan di Cianjur, Jawa Barat. Ainul Bahri terpengaruh ideologi negara Islam versi Darul Islam (DI) dari guru ngajinya yang juga tokoh DI, Dadang Hafidz. Pada tahun 80-an, seperti halnya tokoh-tokoh teroris Indonesia dan dunia, Ainul Bahri berangkat ke Afghanistan untuk berjihad melawan Uni Soviet. Di sana, ia memilih nama baru: Abu Dujana.

Dalam dua pekan ini kita disuguhi rangkaian berita utama: polisi sedang memburu kawanan teroris pimpinan Abu Dujana. Abu satu ini, bukan seperti Abu Nawas yang pandai mengocok perut melalui humor. Sebaliknya, Abu ini mahir mencolok takut melalui teror. Ia selicin belut, selincah bajing, dan selicik kancil. Dalam operasi penangkapan di Jogja, ia lolos. Polisi hanya mampu mencokok beberapa anak buahnya. Hingga kini ihwal Abu Dujana masih raib.

Tak banyak orang mengenal nama ini. Konon dia adalah pengganti Dr. Azahari setelah terbunuh, dan mitra-setia Noordin M Top, buruan teroris nomor wahid. Ia adalah tokoh kunci kelompok Jamaah Islamiyah (JI) saat ini. Abu Dujana juga disinyalir berandil besar dalam peledakan bom di Indonesia, khususnya di Poso.
Abu Dujana adalah nama samaran. Nama aslinya Ainul Bahri. Ia dibesarkan di Cianjur, Jawa Barat. Ainul Bahri terpengaruh ideologi negara Islam versi Darul Islam (DI) dari guru ngajinya yang juga tokoh DI, Dadang Hafidz. Pada tahun 80-an, seperti halnya tokoh-tokoh teroris Indonesia dan dunia, Ainul Bahri berangkat ke Afghanistan untuk berjihad melawan Uni Soviet.
Di sana, ia memilih nama baru: Abu Dujana. Bersama teman-temannya dari seluruh pelosok dunia, ideologinya yang berbasis kekerasan diperkokoh dan dididik secara militer oleh kelompok Mujahidin, tentara Pakistan, dan dinas rahasia Amerika.

Ketika nama Abu Dujana disebut-sebut polisi dan media massa, saya teringat seorang wira dalam Perang Uhud di zaman Nabi dulu. Abu Dujana adalah nama panggilan Sammak bin Kharsyah. Ia terkenal karena keberanian dan keganasannya membantai musuh. Ia bergelar “Si Pita Merah-Maut”, karena dalam setiap peperangan selalu mengenakan seutas pita merah yang dililitkan di kepala. Bila pita itu sudah diikat, ia bagai malaikat maut yang menerobos barisan musuh, dan siap mencabut nyawa.

Alkisah, sebelum dimulai perang Uhud, Nabi mengangkat pedangnya tinggi-tinggi lalu berseru, “Siapa yang sanggup membawa pedang ini?” Banyak yang berebut maju seperti Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, dan lain-lain. Membawa pedang Rasulullah merupakan keistimewaan. Namun Nabi malah memberinya kepada Sammak alias Abu Dujana. Sejak peristiwa Perang Uhud itu, nama Abu Dujana tersiar masyhur.
Rupanya Si Ainul Bahri kagum pada kisah kepahlawanan Abu Dujana, sehingga mengambil namanya sebagai gelar dan samaran. Kebiasaan ini—menggunakan doktrin, dan nama tokoh perang Islam zaman Nabi—lazim dilakukan kelompok teroris dan beberapa aktivis Islam. Selepas melakukan sumpah setia pada amir dan jamaah—yang disebut bay’at—mereka seperti memasuki dunia baru, melepaskan masa lalunya dengan memilih nama anyar.
Nama yang kurang Islami diubah, misalnya dari “Gatot” jadi “al-Khaththath”, atau menyematkan nama anaknya dengan menambahkan kata “Abu” artinya “bapak”.
Si Udin yang punya putri bernama Hindun akan disebut Abu Hindun. Saat Si Udin dipanggil Abu Hindun, tidak terasa lagi Sundanya, ia bagai orang Arab, bahkan merasa seperti sahabat Nabi. Tak sampai di situ, ada kebiasaan baru yang diamalkan: memelihara janggut walau beberapa helai, memakai sorban dan gamis di atas mata kaki. Bila belum beranak-pinak, mereka bisa memilih nama dari pahlawan perang Islam yang diidolakan, seperti Abu Dujana.

Namun ada hal yang dilupakan Ainul Bahri dari peristiwa Perang Uhud. Meski Abu Dujana bertempur dengan penuh keberanian, kaum muslim tetap menderita kekalahan, setelah di awal-awal berhasil mendesak mundur lawan mereka. Kekalahan itu akibat kesalahan strategi. Satu regu pemanah yang bertugas melindungi pasukan Islam di punggung gunung Uhud meninggalkan posisinya karena tergiur harta rampasan perang. Celah itu dimanfaatkan lawan untuk menyerang balik dari belakang.

Saya yakin, soal strategi ini yang mungkin dialpakan Abu Dujana bersama jamaahnya. Masalahnya bukan hanya soal keberanian, ataupun ideologi yang diklaim paling benar. Tidakkah mereka melihat, dengan strategi teror, kekacauan, dan peledakan di mana-mana, mereka telah membuka celah, sehingga “lawan” balik menyerang?
Dahulu sosok Sammak adalah Abu Dujana yang hadir dalam perang melawan kelaliman. Kini Ainul Bahri malah menghadirkan kezaliman: durjana dan angkara murka. Dia bukan Abu Nawas, bukan Abu Dujana, tapi Abu Durjana. []

Referensi: http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1234

artikel M. Guntur Romli lainnya:
30/03/2007Benturan Antar-Islam19/02/2007Imlek29/01/2007Neraka Amerika11/12/2006Dari Qasim Untuk Aa Gym04/12/2006Memaknai Kembali JihadTotal 33 artikelLebih lengkap lihat biodata penulisartikel baru09/04/2007Gagasan Negara Islam Belum Menarik03/04/2007Umdah El-BarorohPrestasi Besar Peradaban Manusia03/04/2007Pendidikan Kita Belum Sampai Beirut30/03/2007M. Guntur RomliBenturan Antar-Islam28/03/2007Perguruan Tinggi Jangan Jadi Lembaga Penataran!artikel sebelumnya03/04/2007Umdah El-BarorohPrestasi Besar Peradaban Manusia03/04/2007Pendidikan Kita Belum Sampai Beirut30/03/2007M. Guntur RomliBenturan Antar-Islam